Keuangan Islam : Prinsip dan Praktik Perbankan Etis dalam Islam

Dewasa ini mungkin hampir seluruh masyarakat sudah akrab dengan yang dinamakan perbankan, apalagi di jaman yang serba canggih ini perbankan berperan cukup besar untuk memudahkan seseorang dalam bertransaksi baik itu hanya untuk sekadar menyimpa uang, menabung, berbelanja atau sebagai alat transaksi untuk menerima upah gaji.

Sederhananya perbankan adalah kegiatan atau sistem keuangan yang melibatkan berbagai aktivitas terkait uang, seperti menerima simpanan, memberikan pinjaman, dan menyediakan berbagai layanan keuangan kepada individu, perusahaan, dan lembaga lainnya. Institusi atau lembaga yang terlibat dalam kegiatan perbankan disebut bank.

Kegiatan perbankan mencakup berbagai layanan dan transaksi, termasuk pengelolaan rekening tabungan dan giro, pemberian kredit dan pinjaman, pengelolaan investasi, pertukaran mata uang asing, transaksi pembayaran, dan lain sebagainya

Tujuan utama perbankan adalah mengalokasikan sumber daya keuangan dan memfasilitasi aliran uang dalam perekonomian. Bank berfungsi sebagai perantara antara pihak yang memiliki kelebihan dana (depositor) dengan pihak yang membutuhkan dana (peminjam), sehingga membantu pembiayaan proyek, investasi, dan kegiatan ekonomi lainnya.

 

Layanan perbankan juga mencakup penyediaan sarana pembayaran, seperti kartu kredit, kartu debit, dan layanan transfer elektronik, yang mempermudah pelanggan dalam melakukan transaksi pembayaran atau pengiriman uang dengan cepat dan aman.

Namun dalam ajaran agama Islam sendiri terdapat prinsip dan beberapa aturan yang harus dipatuhi untuk memastikan kepatuhan terhadap hukum syariah.Berikut penjelasannya, simak, yuk!

  1. Larangan Riba
    Riba, atau bunga, dianggap sebagai praktik yang haram dalam Islam. Dalam perbankan Islam, transaksi yang melibatkan bunga atau riba dilarang. Sebagai gantinya, perbankan Islam mengadopsi sistem bagi hasil, di mana keuntungan dan risiko dibagi antara bank dan nasabah.
  2. Larangan Maysir dan Qimar
    Maysir dan Qimar merujuk pada perjudian dan praktik spekulasi yang tidak jelas atau tidak pasti. Kedua hal ini juga dianggap sebagai praktik yang dilarang dalam Islam, dan oleh karena itu, transaksi berbasis perjudian atau spekulasi tidak diperbolehkan dalam perbankan Islam.
  3. Prinsip Kepentingan Bersama (Musharakah)
    Musharakah adalah bentuk kerjasama antara bank dan nasabah untuk melakukan investasi atau proyek tertentu. Keuntungan dan kerugian dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama.
  4. Prinsip Bagi Hasil (Mudharabah)
    Mudharabah adalah bentuk kerjasama investasi di mana satu pihak (bank) menyediakan dana dan pihak lainnya (nasabah) memberikan usaha dan pengelolaan. Keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan sebelumnya.
  5. Prinsip Jual Beli (Murabahah)
    Murabahah adalah transaksi jual beli antara bank dan nasabah, di mana bank membeli aset atau barang atas permintaan nasabah dan menjualnya kembali dengan markup (margin keuntungan) yang telah disepakati.
  6. Prinsip Sewa (Ijarah)
    Ijarah adalah kontrak sewa atau leasing yang memungkinkan nasabah menggunakan aset atau barang milik bank dengan membayar biaya sewa sesuai kesepakatan.
  7. Prinsip Tanggung Jawab Sosial (Zakat dan Sadaqah)
    Perbankan Islam mendorong praktik tanggung jawab sosial dengan memberikan perhatian pada zakat (sumbangan wajib) dan sadaqah (sumbangan sukarela) untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.
  8. Prinsip Penghindaran Aktivitas Haram
    Perbankan Islam menghindari berinvestasi dalam bisnis atau aktivitas yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam, seperti industri alkohol, perjudian, dan pornografi.
  9. Prinsip Transparansi dan Keadilan
    Perbankan Islam menekankan transparansi dalam transaksi dan praktik keadilan dalam berurusan dengan nasabah.

 

Beberapa prinsip tentang perbankan di atas mencerminkan pedoman etika dan moral dalam perbankan Islam, dengan tujuan memastikan transaksi berjalan sesuai dengan nilai-nilai agama dan memberikan manfaat yang adil bagi masyarakat. Perbankan Islam terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan zaman.

Seni Islam: Eksplorasi Kecantikan dan Simbolisme dalam Karya-karya Islam

Islam telah mempengaruhi seni dan karya sejak awal munculnya agama ini di abad ke-7 Masehi. Sebagai agama yang holistik dan mencakup aspek kehidupan secara keseluruhan, Islam telah memberikan pengaruh yang besar pada berbagai bentuk seni dan karya.

Seni dalam Islam merupakan perwujudan dari kreativitas dan ekspresi seni yang berasal dari budaya dan tradisi umat muslim yang terinspirasi oleh ajaran Islam. Seni dalam Islam mencakup beragam bentuk ekspresi, seperti seni kaligrafi, seni arsitektur, seni lukis, seni ukir, seni musik, seni tata rias, seni teater, dan masih banyak lagi. Seni dalam Islam memiliki karakteristik khas yang mencerminkan nilai – nilai agama, estetika, dan identitas budaya muslim.


Beberapa Bentuk Seni dalam Islam

Seni Kaligrafi
Seni kaligrafi Islam menggunakan tulisan Arab yang indah dan artistik untuk menyampaikan ayat – ayat Al-Quran, hadis, doa, dan kata – kata yang bermakna spiritual. Seni kaligrafi dianggap sebagai bentuk ibadah dan kesenian yang tinggi dalam budaya Islam.

 

Seni Arsitektur
Arsitektur Islam dikenal dengan ciri khas bangunan masjid yang megah dan unik. Bangunan masjid biasanya memiliki kubah, menara, dan desain geometris yang rumit. Selain itu, seni arsitektur Islam juga tercermin dalam bangunan istana, mausoleum, dan bangunan publik lainnya.

Seni Lukis dan Ukir
Seni lukis dalam Islam sering menggambarkan tema – tema keagamaan, pemandangan alam, dan karya seni abstrak dengan unsur geometris. Seni ukir terlihat dalam hiasan – hiasan pada kubah, dinding, pintu, dan panel kayu pada bangunan, senjata, dan benda – benda seni lainnya..

Seni Tari
Tarian dalam Islam juga memiliki ragam variasi dan corak dari berbagai wilayah dan budaya muslim. Tarian sufi, misalnya, adalah tarian spiritual yang mencerminkan kecintaan dan kesenangan dalam beribadah kepada Allah.

Seni Teks dan Manuskrip
Seni tulisan tangan dan manuskrip Islam sering memperlihatkan hiasan – hiasan indah dan ilustrasi yang menghiasi halaman – halaman Al-Quran, hadis, dan karya sastra Islam lainnya.

Seni dalam Islam sering dipengaruhi oleh ajaran Islam yang mengutamakan kesederhanaan, keindahan, dan nilai – nilai spiritual. Dalam banyak seni Islam, unsur geometris dan abstrak menjadi representasi keberadaan Allah yang tak terbatas dan misterius. Seni dalam Islam juga sering mengandung pesan moral dan etika, serta merupakan sarana untuk menghormati, memuji, dan merayakan kebesaran Allah.

Penting untuk diingat bahwa seni dalam Islam dapat bervariasi antar wilayah dan berdasarkan interpretasi budaya lokal. Beberapa seni mungkin dapat diterima dan dianggap sah dalam satu komunitas muslim, tetapi dapat dianggap kontroversial atau dilarang di komunitas muslim lainnya.

Pengaruh Islam dalam seni dan karya juga mencerminkan keragaman budaya dan etnis dari wilayah – wilayah tempat agama ini berkembang. Seni Islam tidak hanya menggambarkan keindahan, tetapi juga berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan – pesan spiritual, mendekatkan diri kepada Tuhan, dan merayakan keindahan ciptaan-Nya.

Ramadhan: Perjalanan Spiritual Berpuasa dan Berekfleksi dalam Islam

Apa saja jenis – jenis puasa dalam agama Islam?

Pada dasarnya ibadah puasa dalam Islam terbagi menjadi dua yaitu puasa wajib dan puasa sunnah berikut penjelasannya :


Puasa Wajib

  1. Puasa Ramadhan
    Puasa ini wajib dilaksanakan bagi umat Islam pada bulan Ramadhan, yaitu bulan kesembilan dalam kalender Hijriyah. Puasa ini merupakan salah satu kewajiban utama bagi umat Muslim dan dianggap sebagai bulan yang penuh keberkahan. Umat Islam dianjurkan mengerjakan dan memaksimalkan amal ibadah lainnya pada bulan ini.

 

  1. Puasa Kaffarah
    Puasa kaffarah adalah puasa yang wajib dikerjakan sebagai hukuman atas pelanggaran tertentu ketika mengerjakan puasa Ramadhan, misalnya jika seseorang sengaja makan atau minum dengan sengaja saat berpuasa di bulan Ramadhan tanpa alasan yang dibenarkan. Untuk menebus kesalahan tersebut, seseorang harus berpuasa dua bulan berturut-turut. Jika seseorang tidak mampu untuk berpuasa, maka dia harus memberi makan 60 orang miskin.


Puasa Sunnah

Selain dua puasa wajib di atas, terdapat juga puasa sunnah (puasa yang dianjurkan tetapi tidak diwajibkan), seperti puasa enam hari pada bulan Syawal setelah bulan Ramadhan, puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, puasa pada hari senin dan kamis dan lain-lain. Puasa sunnah memiliki banyak keutamaan, diantaranya adalah sebagai bentuk ketaatan dan kecintaan umat muslim kepada Allah SWT.


Manfaat mengerjakan puasa Ramadhan

 

Perjalanan spiritual selama puasa Ramadhan adalah suatu proses pengalaman pribadi yang mendalam dan bermakna bagi setiap individu muslim. Puasa Ramadhan bukan hanya sekadar menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi juga merupakan kesempatan untuk memperkuat hubungan dengan Allah, meningkatkan kesadaran diri, menjaga amarah, menahan diri dari hawa nafsu dan juga meningkatkan nilai ibadah untuk mendapatkan ridho-Nya.


Dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan biasanya seseorang mengalami beberapa aspek perjalanan spiritual, berikut contohnya :

  • Meningkatkan Ibadah

Selama bulan Ramadhan, umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan ibadah, seperti memperbanyak membaca Al-Quran, mengerjakan shalat sunnah, dan perbanyak berdoa kepada Allah SWT. Dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah akan membantu mendekatkan diri kepada Allah SWT.

  1. Melatih Kesabaran
    Menahan diri dari lapar, dahaga dan hawa nafsu selama berpuasa memerlukan tingkat kesabaran yang tinggi. Puasa di bulan Ramadhan menjadi kesempatan untuk melatih kesabaran dalam menghadapi berbagai cobaan dan tantangan dalam hidup.
  2. Refleksi Diri
    Puasa Ramadhan memberikan banyak waktu untuk merenung, mengevaluasi perbuatan dan tindakan kita, serta memperbaiki perilaku. Ini adalah waktu yang tepat untuk introspeksi dan meningkatkan kualitas diri sebagai seorang muslim.
  3. Kepedulian Sosial
    Puasa di bulan Ramadhan juga mengajarkan untuk bisa berempati dan peduli terhadap orang – orang yang kurang beruntung. Umat muslim dianjurkan untuk memperbanyak sedekah di bulan Ramadhan, dengan begitu umat Islam dilatih untuk lebih peka terhadap sesama.
  4. Meningkatkan Nilai Diri
    Puasa di bulan Ramadhan adalah saat yang baik untuk membuat kebiasaan baik dan menghilangkan kebiasaan buruk, seperti berbicara kasar atau ghibah (menggunjing). Tujuan utamanya adalah menjadi pribadi yang lebih bermoral.
  5. Memperkuat Hubungan dengan Keluarga dan Masyarakat
    Bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk memperbanyak waktu kebersamaan dengan keluarga dan komunitas muslim lainnya. Berbuka dan makan sahur bersama dengan keluarga tercinta atau ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan keagamaan bersama – sama dapat memperkuat ikatan sosial dan spiritual.
  6. Mendekatkan Diri Kepada Allah
    Puncak perjalanan spiritual selama bulan Ramadhan adalah meraih keridhaan Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Dengan menjalankan ibadah dan amalan dengan penuh kesungguhan dan ketulusan, umat muslim berharap dapat meraih keberkahan dan ampunan dari Allah.

Perjalanan spiritual selama puasa Ramadhan adalah pengalaman pribadi yang unik bagi setiap umat Islam. Sangat dianjurkan untuk dapat memaksimalkan bulan Ramadhan dengan melakukan ibadah dan amalan dengan tulus dan ikhlas, serta meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.

Peran Wanita dalam Islam: Perspektif Pemberdayaan dan Kesetaraan Gender

Peran wanita dalam kesetaraan gender dalam Islam telah menjadi topik yang menarik dan terus berkembang sepanjang sejarah. Pandangan mengenai peran wanita dalam Islam beragam, dan interpretasi terhadap teks-teks Islam juga dapat bervariasi di antara berbagai budaya dan konteks sosial.

Saat ini pembicaraan mengenai kesetaraan gender sedang marak-maraknya menjadi isu yang hangat diperbincangkan oleh masyarakat banyak yang menilai bahwa kedudukan wanita belum sesuai dengan porsi yang seharusnya.

Didalam ajaran agama Islam laki-laki dan perempuan diciptakan oleh Allah SWT untuk saling melengkapi, sehingga menimbulkan hubungan timbal balik di antara keduanya.


Lalu bagaimanakah Islam mengatur kedudukan antara wanita dan laki-laki? Yuk, simak penjelasan lengkapnya


Kedudukan Seorang Wanita dan Laki-laki Dalam Pandangan Islam

1.Kesetaraan Dihadapan Allah

Dalam pandangan Islam, kedudukan dan kesetaraan gender memiliki beberapa aspek yang harus dipahami dengan cermat. Islam mengakui bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kesetaraan di hadapan Allah, tetapi juga mengakui perbedaan-perbedaan tertentu dalam peran dan tanggung jawab antara laki-laki dan wanita.

Dalam Islam, baik laki-laki maupun perempuan dianggap sama di hadapan Allah dalam hal hak-hak dasar, tanggung jawab moral, dan ibadah. Keduanya memiliki berhak untuk mencari rida (keridhaan) Allah dan masuk surga.

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah [60]: 8)

2. Peran dan Tanggung Jawab yang Berbeda

Islam mengakui perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan dan menyatakan bahwa masing-masing memiliki peran dan tanggung jawab yang berbeda dalam masyarakat dan keluarga. Misalnya, laki-laki diamanahi sebagai pemimpin keluarga dan bertanggung jawab untuk memberikan nafkah, sementara perempuan memiliki peran penting sebagai ibu dan istri yang bertanggung jawab atas pengasuhan anak-anak dan rumah tangga.

3. Perlindungan Hak-hak Perempuan
Islam menekankan perlindungan hak-hak perempuan dan melarang segala bentuk kekerasan, penindasan, atau perlakuan tidak adil terhadap mereka. Perempuan dalam Islam memiliki hak untuk pendidikan, pekerjaan dan kepemilikan harta.

4. Posisi Perempuan dalam Masyarakat
Islam mengakui peran penting perempuan dalam masyarakat dan mendorong partisipasi mereka dalam berbagai bidang, termasuk ekonomi, pendidikan, dan sosial. Sejarah Islam mencatat bahwa perempuan memiliki peran aktif dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk sebagai cendekiawan, pebisnis, dan penyuluh agama.

Namun, walaupun Islam mengakui kesetaraan di hadapan Allah dan melindungi hak-hak perempuan, terkadang pada pelaksanaanya dalam budaya dan tradisi tertentu belum mencerminkan sepenuhnya prinsip-prinsip kesetaraan gender menurut Islam. Beberapa masalah timbul karena adanya interpretasi yang beragam dari ajaran Islam dan campur tangan budaya atau tradisi dalam menafsirkan hukum-hukum Islam.

Penting untuk diingat bahwa pandangan tentang kesetaraan gender dalam Islam dapat bervariasi di antara berbagai kelompok dan budaya, dan banyak perdebatan tentang cara terbaik untuk mengartikannya dalam konteks masyarakat kontemporer. Akibatnya, ada berbagai pendekatan dan interpretasi tentang isu-isu ini dalam dunia Muslim.

Nabi Muhammad SAW: Kisah, Ajaran, dan Warisan Sang Penutup Nabi

Nabi Muhammad SAW adalah rasul terakhir dalam agama Islam dan menjadi suri teladan bagi umat muslim. Kisah hidupnya dan ajaran yang disampaikan menjadi landasan dan pedoman utama dalam memahami dan mengamalkan agama Islam. Bagaimanakah kisah hidup sang Rasulullah? Yuk, simak kisah lengkapnya :
Lahirnya Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal (tahun Gajah) atau sekitar tahun 570 Masehi di Mekah, sebuah kota di semenanjung Arab yang pada saat itu dikuasai oleh suku Quraisy. Beliau merupakan anak dari Abdullah bin Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahab. Sebelum kelahiran Nabi Muhammad, kakeknya, Abdul Muthalib, telah bermimpi tentang keagungan dan keberkahan keturunannya.

Ayah Nabi Muhammad, Abdullah adalah seseorang yang memiliki akhlak mulia dan bijaksana. Namun, Abdullah meninggal dunia sebelum kelahiran Nabi Muhammad, sehingga beliau menjadi yatim piatu sejak dalam kandungan. Setelah lahir, beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib, yang merupakan pemimpin suku Quraisy di Mekah.

Ketika Nabi Muhammad berusia enam tahun, ibunya Aminah meninggal dunia, dan beliau tinggal bersama kakeknya hingga usia delapan tahun. Kemudian, setelah kakeknya wafat, beliau tinggal dengan pamannya, Abu Thalib, yang sangat mencintai dan melindungi beliau sepanjang hidupnya. beliau tinggal dengan pamannya, Abu Thalib, yang sangat mencintai dan melindungi beliau sepanjang hidupnya.

Masa Muda Nabi Muhammad SAW: Awal Perjalanan Menuju Kenabian

Masa muda Nabi Muhammad merupakan periode yang menarik dalam kehidupannya yang penuh dengan peristiwa yang menjadi landasan bagi misi kenabian dan dakwah Islam. Pada masa ini, karakter dan kepribadian beliau mulai terbentuk, dan kejujuran serta kebijaksanaannya telah menarik perhatian banyak orang di sekitarnya.

Nabi Muhammad dikenal dengan sifat kejujuran dan kepercayaan yang tinggi. Kehandalan dan kebijaksanaannya dalam berdagang, serta integritasnya dalam berhubungan dengan orang lain, membuatnya mendapatkan julukan Al-Amin (yang dipercaya) dan As-Sadiq (yang jujur) dari masyarakat Mekah.
Pada usia 25 tahun, Rasulullah menikahi Khadijah, seorang pedagang kaya dan seorang janda yang berusia 40 tahun. Perjodohan ini menjadi awal dari sebuah kisah cinta tulus dan kesetiaan yang luar biasa yang menjadi inspirasi bagi seluruh umat islam. Khadijah menjadi sosok pendukung dan menjadi teman terdekat beliau dalam perjuangan hidup dan dakwahnya. Ibunda Khadijah banyak berperan penting dalam sejarah perkembangan dakwahnya Rasulullah.

Masa Kenabian Nabi Muhammad SAW

Masa kenabian Rasulullah adalah periode paling penting dalam kehidupan beliau dan sejarah umat Islam, di mana beliau menerima wahyu dari Allah SWT dan diangkat sebagai utusan-Nya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada seluruh umat manusia. Masa kenabian ini merupakan periode keagungan dan petunjuk dari Allah yang membawa cahaya petunjuk bagi umat manusia. Berikut adalah gambaran tentang masa kenabian Rasulullah :

1. Menerima Wahyu Pertama

Pada usia 40 tahun, ketika bermeditasi di Gua Hira, didekat Mekah. Rasulullah menerima wahyu pertamanya dari Allah SWT melalui malaikat Jibril. Wahyu pertama tersebut berbunyi, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5)

2. Misinya sebagai Utusan Allah
Dengan menerima wahyu pertama ini, Rasulullah diangkat sebagai Nabi dan Rasul Allah, yang tugasnya adalah menyampaikan wahyu-Nya kepada umat manusia dan membimbing mereka menuju jalan yang lurus. Misinya adalah menyampaikan ajaran tauhid (keesaan Allah) dan membebaskan manusia dari penyembahan berhala serta perbuatan-perbuatan jahiliah yang menyimpang.

3. Penyampaian Ajaran Islam

Selama masa kenabian, Rasulullah secara aktif menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakatnya. Beliau mengajarkan prinsip-prinsip tauhid, akhlak mulia, keadilan sosial, dan moralitas yang tinggi. Dakwah beliau menyentuh berbagai aspek kehidupan, termasuk ibadah, etika, hukum, dan muamalah (hubungan sosial dan ekonomi).

4. Perlawanan dan Penindasan

Dakwah Islam yang disampaikan oleh Rasulullah tidak selalu diterima dengan baik oleh semua orang. Beliau menghadapi perlawanan dan penindasan dari para penguasa kafir dan kaum musyrik Mekah yang tidak ingin kehilangan kekuasaan dan mengancam stabilitas sosial yang telah mereka ciptakan.

5. Hijrah ke Madinah

Dalam situasi yang semakin sulit di Mekah, Rasulullah dan para pengikutnya hijrah (bermigrasi) ke Madinah pada tahun 622 Masehi. Peristiwa hijrah ini menjadi titik balik dalam sejarah Islam dan menandai permulaan era Islam yang lebih kuat dan mapan.

6. Kedamaian dan Perjanjian di Madinah

Di Madinah, Rasulullah membangun sebuah negara Islam yang berdasarkan perjanjian antara Muslim dan non-Muslim. Beliau memberikan perlindungan dan kebebasan beragama bagi semua warga Madinah dan menetapkan tata cara hidup bersama dalam keadaan damai.

7. Penaklukan Mekah dan Penyebaran Islam

Setelah beberapa tahun berjuang dan memenangkan pertempuran, Rasulullah berhasil membebaskan Mekah dari penindasan dan mengumumkan pembebasan untuk para musuh yang dulu pernah menganiaya beliau. Kemenangan ini menandai kesetiaan dan akhlak mulia Nabi Muhammad dalam menghadapi musuh-musuhnya.

 

Pilar-Pilar Islam: Panduan Komprehensif tentang Lima Landasan Utama

Dalam ajaran agama Islam terdapat Rukun Iman dan Rukun Islam yang menjadi landasan atau pondasi utama bagi setiap umat muslim.

Dalam ajaran agama Islam sendiri terdapat lima pillar utama dari rukun Islam yang harus diamalkan bagi seorang muslim. Seseorang bisa dikatan sebagai umat muslim jika mampu mengamalkan lima pillar utama yang telah ditetapkan.

Pada artikel ini akan mengulas mengenai lima pillar utama dalam ajaran agama Islam yang disebut dengan rukun Islam. Yuk, simak penjelasan lengkapnya :

Apa itu Rukun Islam?

Kelima rukun Islam ini terdiri dari mengucapkan dua kalimat syahadat, menjalankan sholat, mengerjakan puasa, membayar zakat, dan menunaikan ibadah haji (bagi mereka yang mampu).

Rukun Islam tentu menjadi pondasi sekaligus pedoman kehidupan beragama bagi umat muslim untuk menggapai Ridhonya Alllah Subhanahu Wa Ta’ala. Rukun Islam merupakan amalan yang wajib dilaksanakan bagi seorang muslim untuk menyempurnakan keimanan seseorang.

Berikut hadist yang menjelaskan mengenai rukun islam yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari. Berikut lafal hadits tentang rukun Islam dan artinya.

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ. [رواه البخاري]

 

Artinya :  Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra., ia berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Islam dibangun atas lima: Bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji, dan puasa ramadhan.”(HR. al-Bukhari)

Pada hadist ini menjelaskan bahwa Islam jika diumpamakan sebagai bangunan maka terdapat lima tiang utama. Jika salah satu tiang ada yang hilang, bangunan akan tetap berdiri namun akan kurang penyempurnaanya. Namun ketika kelima tiang tersebut hilang, maka Islam akan hancur.

Hadits rukun islam tersebut mengumpamakan islam sebagai bangunan dengan lima tiang. Apabila salah satu hilang, maka bangunan tetap bisa berdiri meski kurang salah satu penyempurnanya. Namun ketika kelima tiang tersebut hilang, maka Islam akan runtuh. 

Penjelasan Mengenai Rukun Islam
Dalam ajaran agama Islam setiap rukunnya memiliki syarat dan ketentuan yang harus diketahui oleh semua umat muslim. Oleh karena itu, penting bagi seorang muslim untuk mempelajari dan memahami apa saja ketentuan dari masing-masing rukun dalam ajaran Agama Islam.

Setiap rukun yang terdapat dalam ajaran Islam dilaksanakan dengan beberapa syarat dan ketentuan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, penting bagi umat muslim untuk memahami apa dan bagaimana ketentuan dalam setiap rukun atau pondasi tersebut. Seperti pada penjelasan di bawah ini yang akan menjelaskan urutan dari rukun Islam :


  1. Membaca Syahadat
    Rukun Islam yang pertama adalah membaca syahadat, syahadat merupakan sebuah persaksian dan pernyataan keimanan seseorang yang meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan dan rasul Allah.

    Lafadz dua kalimat syahadat adalah sebagai berikut. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ
    Artinya : “Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah.”

  2. Mengerjakan Shalat
    Rukun Islam yang kedua yaitu mengerjakan Shalat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: صَلُّوا كمَا رَأيتُمُونِى أُصَلَّي Artinya : “Shalatlah, sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (HR Bukhari). Barangsiapa yang menjaga shalatnya, maka ia akan mendapatkan cahaya, petunjuk, dan keselamatan pada hari kiamat serta dijanjikan oleh Allah untuk masuk ke dalam Surga.

    Shalat adalah ibadah yang wajib dikerjakan oleh semua umat muslim, sesuai dengan tata cara dan syarat yang sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah.

    3. Melaksanakan puasa
    Rukun Islam yang ketiga adalah melaksanakan puasa, sama seperti halnya ibadah shalat melaksanakan ibadah puasa ada yang bersifat wajib yaitu dikerjakan pada bulan Ramadhan dan ada pula yang bersifat sunnah.
    Dalam hadits shahih riwayat no 4153 menyebutkan bahwa puasa Ramadhan didahulukan daripada zakat.  بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ إِيمَانٍ بِاللهِ وَرَسُولِهِ وَالصَّلَاةِ الْخَمْسِ وَصِيَامِ رَمَضَانَ وَأَدَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ. [رواه البخاري] Artinya: “Islam dibangun atas lima: beriman kepada Allah dan rasul-Nya (syahadatain), mendirikan shalat, puasa Ramadhan, membayar zakat dan berhaji ke Baitullah.” (HR. al-Bukhari)

    4. Menunaikan zakat
    Rukun Islam yang keempat adalah menunaikan zakat. Seperti Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Ayyub r.a. Rasululla bersabda: “Sembahyanglah Allah dan janganlah kamu menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan sambunglah silaturahim.'” (HR Bukhari dan Muslim).
    Seperti ibadah shalat dan puasa zakat juga wajib ditunaikan oleh umat muslim sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Dalam ajaran Islam, zakat dibedakan menjadi dua, yaitu zakat fitrah dan zakat mal.

    5. Ibadah Haji
    Rukun Islam yang kelima adalah menunaikan ibadah haji bagi yang mampu. Perintah menunaikan ibadah haji adalah sebagaimana telah tercantum dalam Al-Qur’an, Surah Ali Imran, Ayat 97 sebagai berikut:

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِين

Artinya: “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari kewajiban haji, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”

Pengenalan Agama Islam: Memahami Esensi Agama yang Berkembang Pesat

Islam diturunkan di Jazirah Arab telah membawa bangsa Arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak dikenal dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang maju dan berperadaban. Islam sangat cepat bergerak bahkan mengembangkan dunia dan membina suatu kebudayaan dan peradaban yang sangat penting dalam sejarah peradaban manusia bahkan hingga sekarang.

Sejarah Perkembangan Agama Islam
Sejarah peradaban Islam mengacu pada perkembangan dan pengaruh agama Islam dalam membentuk peradaban yang luas dan beragam di seluruh dunia, terutama setelah munculnya Nabi Muhammad SAW pada abad ke-7 Masehi. Berikut adalah beberapa periode penting dalam sejarah peradaban Islam:

 

Periode Awal (610-750 M)

Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertamanya pada tahun 610 M di Mekkah. Beliau menyebarkan ajaran Islam dan mendirikan masyarakat Muslim di kota Madinah setelah hijrah pada tahun 622 M. Setelah wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 632 M, kepemimpinan umat Islam diserahkan kepada para Khalifah Rashidun (Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib). Di bawah pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, wilayah kekuasaan Islam berkembang pesat, termasuk penaklukan Palestina, Mesir, Suriah, dan Persia.


Periode Pertengahan (750-1500M)

Pada abad ke-8, khalifah-khalifah dari dinasti Abbasiah berkuasa di Baghdad, mencapai masa keemasan peradaban Islam.

Periode ini ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. Banyak universitas, perpustakaan, dan pusat pembelajaran didirikan, seperti House of Wisdom di Baghdad. Kekhalifahan juga berperan sebagai pusat perdagangan dan kegiatan intelektual, menghubungkan Timur dan Barat melalui jalur-jalur perdagangan seperti Jalur Sutra. Di Spanyol, berdiri Kekhalifahan Cordoba yang makmur dengan puncaknya pada abad ke-10 di bawah pemerintahan Abd-ar-Rahman III. Peningkatan Kemajuan Ilmiah dan Pendidikan (750-1500 M)


Periode Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Periode ini melihat perkembangan pesat dalam ilmu pengetahuan, khususnya matematika, astronomi, kedokteran, kimia, dan filsafat, berkat sumbangan para ilmuwan Muslim seperti Al-Khwarizmi, Ibn Sina (Avicenna), dan Ibn Rushd (Averroes). Universitas seperti Universitas Al-Qarawiyyin di Fes, Maroko (didirikan pada 859 M) dan Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir (didirikan pada 970 M) adalah beberapa universitas tertua di dunia yang masih beroperasi hingga saat ini. Peningkatan Perdagangan dan Kegiatan Sosial (900-1500 M)

 

Perdagangan yang berkembang pesat antara Timur dan Barat, serta dengan Cina dan India, mengarah pada perkembangan kota-kota pelabuhan yang makmur seperti Baghdad, Kairo, dan Istanbul. Pada periode ini, seni dan arsitektur Islam berkembang dengan gaya dan karakteristik khasnya, seperti seni kaligrafi, keramik, dan arsitektur masjid yang megah.

Penemuan Baru dan Runtuhnya Kekhalifahan (1500-1900 M)

Pada akhir abad ke-15, bangsa-bangsa Eropa melakukan penjelajahan dan penemuan baru, dan mulai berkompetisi dengan dunia Islam dalam perdagangan dan pengaruh politik. Pada awal abad ke-20, banyak negara-negara Muslim mengalami kolonialisasi oleh kekuatan Eropa, yang mengakibatkan runtuhnya banyak kekhalifahan dan kesultanan.

Abad ke-20 dan Kontemporer

 

Setelah berakhirnya periode kolonialisme, banyak negara-negara Muslim mencapai kemerdekaan dan menghadapi tantangan dalam pembangunan dan modernisasi. Peradaban Islam terus berlanjut dengan pengaruh budaya, seni, sastra, dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Muslim di seluruh dunia. Peradaban Islam telah meninggalkan warisan yang luar biasa dalam berbagai bidang seperti ilmu pengetahuan, seni, arsitektur, filsafat, dan hukum. Meskipun menghadapi berbagai perubahan dan tantangan sepanjang sejarahnya, nilai-nilai dan ajaran Islam tetap menjadi fondasi bagi kehidupan dan identitas umat Muslim.

 

Penyebab Pesatnya Perkembangan Islam


Agama Islam berkembang dengan pesat karena berbagai faktor yang mempengaruhinya. Beberapa faktor yang menjadi penyebab pesatnya perkembangan agama Islam antara lain:

 

Risalah Nabi Muhammad SAW
Islam merupakan agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, yang dianggap sebagai Nabi dan Rasul terakhir oleh umat Muslim. Ajaran-ajaran beliau yang disampaikan dalam Al-Quran dan Hadis menjadi pedoman hidup bagi umat Islam dan membangun fondasi agama yang kuat.

 

Kesederhanaan dan Kemudahan Ajaran
Ajaran Islam mengutamakan kesederhanaan dan kemudahan dalam beribadah. Islam tidak membebani umatnya dengan banyak ritus dan ritual yang rumit sehingga lebih mudah diakses dan dipraktikkan oleh berbagai kalangan masyarakat.

 

Pengenalan Melalui Perdagangan
Pada awal penyebarannya, Islam banyak dikenal melalui hubungan perdagangan yang kuat antara kota-kota di Jazirah Arab dengan kawasan-kawasan perdagangan lainnya. Para pedagang Muslim membawa ajaran Islam dan menyebarkannya ke berbagai daerah.

 

Kepemimpinan Para Khalifah
Para Khalifah sebagai pemimpin Muslim pada masa awal Islam berhasil memperluas wilayah kekuasaan Islam dengan adil dan bijaksana. Penaklukan wilayah baru membawa ajaran Islam ke berbagai daerah, dan keadilan dalam pemerintahan menarik minat masyarakat untuk mengenal dan mengikuti agama Islam.

 

Pendekatan Dakwah yang Bijaksana
Para ulama dan da’i Muslim dalam menyebarkan ajaran Islam seringkali menggunakan pendekatan dakwah yang bijaksana dan ramah, sehingga dapat memenangkan hati orang-orang dari berbagai latar belakang dan keyakinan.

 

Kebijakan Toleransi
Dalam banyak kasus, Islam memberikan kebebasan beragama bagi non-Muslim di wilayah-wilayah kekuasaannya, sehingga memperoleh dukungan dan simpati dari penduduk setempat.

 

Secara keseluruhan, kombinasi dari faktor-faktor di atas telah memungkinkan agama Islam untuk berkembang dengan pesat dan menyebar ke berbagai belahan dunia. Meskipun perkembangan agama selalu dipengaruhi oleh situasi dan konteks sosial tertentu, esensi ajaran Islam dan kepercayaan umatnya tetap menjadi pendorong utama dalam pertumbuhannya.

Cara Menjadi Anak Sholeh Dalam Islam

Anak sholeh adalah anak muslim yang menjalan kewajiban agama dan menjauhi dosa besar. Di dalam Al Quran, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebut anak dengan sebutan penyenang hati, terlebih anak yang taat menjalankan perintah Sang Maha Penyayang, patut disyukuri memiliki anak adalah karunia terbesar yang dianugerahkan Allah SWT kepada orangtua.

Salah satu amalan yang tidak putus meski seseorang telah meninggal adalah doa dari anak sholeh. Dalam sebuah hadis dari sahabat Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda “Apabila manusia mati maka amalnya terputus kecuali karena tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakan orang tuanya.” (HR. Muslim).

Melihat dari keutamaan yang luar biasa menjadi anak yang sholeh, mari kita simak bagaimana caranya agar kita termasuk anak sholeh yang sesuai dalam Islam, diantaranya :

  1. Belajar mendalami ilmu agama Pengetahuan akan wawasan Islam akan membuat iman yang ada di dalam hati kita lebih terkondisi menjadi pondasi kuat ketauhidan dalam berakidah, mempelajari ilmu tentang akidah, iman hadits, Al Quran, dan wawasan lainnya sangat berguna untuk bekal menjalani kehidupan sehari-hari.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia menguasai ilmu,” (HR Ahmad).

  1. Menjaga sholat lima waktu Tidak sekalipun meninggalkan sholat wajib dan menambahkan sholat sunnah, akan membentuknya menjadi anak yang sholeh. Saat orang tua melihat ini sebagai kebiasaan, tentu ini menjadi hal yang membanggakan.

Selain itu, bagi anak laki-laki juga dibiasakan berjamaah di masjid dan anak perempuan sholat di rumah tepat pada waktunya. Ini akan menjadi ciri-ciri anak sholeh yang jelas terlihat.

Dalam surat Al-Ankabut ayat 45 Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman “Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (sholat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

  1. Belajar mencintai Masjid

Masjid adalah rumah Allah Subhanahu Wa Taa’la. Bentuk rasa suka terhadap masjid tersebut bisa dalam bentuk menjaga kebersihannya, tidak membuat keributan di dalamnya, serta tidak bercanda atau tertawa ketika salat.

Ini adalah bentuk cinta kepada Allah SWT dengan menghargai rumah-Nya. Selain itu, menghidupkan masjid dengan mengikut beragam kegiatan di dalamnya.

Dalam Al Quran surat At-Taubah ayat 18 Allah berfirman, “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menuaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Ditambah hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Jika kalian melihat seseorang yang konsisten dengan masjid, maka bersaksilah kepadanya dengan keimanan.” (HR. Ahmad).

  1. Berbakti kepada orangtua

Ini bisa dilakukan dengan mematuhi perintahnya, tidak menyakiti hati mereka, selalu berbuat baik kepada mereka, berusaha menyenangkan hati orangtua dan tidak menyusahkan keduanya.

Bakti lain yang bisa dilakukan adalah saling mengingatkan kepada kebaikan, sering mengajak untuk mengikuti majelis ilmu, dan mendengarkan apapun yang diucapkan oleh orangtua.

Dalam Al Quran surat Al-Isra ayat 24 Allah berfirman, “Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang baik dan rendahkan dirimu dengann penuh kasih sayang. Dan katakanlah, “Wahai Rabb-ku sayangi keduanya sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil”.

  1. Menyayangi keluarga

Menyayangi saudara, adik-kakak, kakek-nenek, paman-bibi, tetangga dan seluruh kaum muslimin di seluruh dunia dapat menjadi bagian dari ciri-ciri anak sholeh.

Sebab, saling mencintai antara umat muslim adalah bentuk rasa syukur karena telah diberikan banyak kawan untuk sama-sama menjalankan perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Perumpamaan sesama kaum mukminin dalam menjaga hubungan kasih sayang dan kebersamaan seperti satu tubuh, jika satu anggota merasakan sakit, maka akan membuat seluruh tubuhnya terjaga dan merasakan demam.” (HR Muslim).

  1. Cinta terhadap orang yang kekurangan

Mengenal para fakir miskin, anak terlantar, anak yatim, dan orang yang kekurangan akan memupuk rasa empati dan simpati. Caranya dengan memberikan bantuan sesuai dengan keperluan, serta tidak mencemooh atau mengolok-olok mereka sebab mereka adalah juga hamba Allah Subhanahu Wa Taa’ala.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik terhadap keluarganya.” (HR. Tirmidzi)

Demikian beberapa cara menjadi anak yang sholeh dalam Islam, semoga kita bisa mengamalkan dan bisa menjadi teladan bagi ana-anak kita agar istiqomah selalu berada di jalan yang mendatangkan ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

7 Keutamaan Bulan Muharram, Penuh Kebaikan dan Ampunan

Muharram sering dikenal dengan tahun baru Islam yang dimana karena berada pada bulan pertama dari tahun Hijriah. Muharram menjadi salah satu bulan yang istimewa dan dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala termasuk ke dalam Bulan Haram.

Dalam memaksimalkan berbagai amalan di bulan mulia ini, ada beberapa keutamaan bulan Muharram yang perlu #OrangBaik ketahui, berikut 7 amalan Bulan Muharram diantaranya :

  1. Bulan yang suci

Muharram termasuk salah satu bulan suci dalam Islam. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah yang menyebutkan empat bulan suci dalam Islam yaitu, QS At Taubah ayat 36 “Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.” (QS. At Taubah: 36)

Selain itu, pada zaman Nabi kaum muslimin dilarang untuk berperang karena sucinya keempat bulan tersebut. Sebagaimana dalam sebuah hadis dari Abu Bakrah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya, zaman berputar sebagaimana ketika Allah menciptakan langit dan Bumi. Satu tahun ada 12 belas bulan. Di antaranya empat bulan haram (suci), tiga bulan berurutan, yakni Zulkaidah, Zulhijjah, dan Muharram, kemudian bulan Rajab suku Mudhar, antara Jumadil Tsani (Jumadil Akhir) dan Syaban.” (HR. Bukhari dan Muslim).

  1. Bulan Allah

Muharram juga disebut dengan syahrullah al Asham yang berarti bulan Allah yang sunyi. Keistimewaan ini diriwayatkan dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah RA, ia menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baiknya puasa setelah Ramadan adalah pada bulan Allah yaitu, Muharram.” (HR. Muslim).

  1. Bulan yang dimuliakan

Salah satu hari di bulan Muharram yang sangat dimuliakan oleh kaum muslimin, yaitu hari Asyura. Islam melakukan penghormatan berupa puasa sunnah pada hari itu atas kemenangan yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Musa.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda “Ketika Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa di hari Asyura. Beliau bertanya, ‘Hari apa ini?’ Mereka menjawab, ‘Hari yang baik, hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, sehingga Musa pun berpuasa pada hari ini sebagai bentuk syukur kepada Allah. Akhirnya, Nabi Muhammad SAW. bersabda, ‘Kami (kaum muslimin) lebih layak menghormati Musa daripada kalian.’ Kemudian, Nabi Muhammad SAW berpuasa dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa.” (HR. Muslim).

  1. Bulan untuk merencanakan hal baik

Rasulullah SAW pertama kali hijrah ke Madinah di bulan Muharram sehingga bulan ini dijadikan sebagai awal penanggalan tahun Hijriyah dalam Islam.

Muharram dapat menjadi momentum yang tepat bagi umat Islam dalam merencanakan, mematangkan, dan melakukan hal yang terbaik selama setahun mendatang.

  1. Bulan kehormatan

Bulan Muharram termasuk bulan yang dihormati oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala hingga dilarang untuk berperang dalam bulan tersebut, firman Allah dalam Al Quran Surat At-Taubah ayat 36 “Janganlah kamu menganiaya diri kamu pada bulan yang empat itu. Perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

  1. Bulan penuh pahala

Amalan yang baik yang dilakukan selama bulan Muharram akan dilipatgandakan sehingga umat Islam dianjurkan untuk memanfaatkan momen tersebut untuk melakukan amalan dan kebaikan.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda “Maka sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan kalian semua haram (mulia) atas kalian seperti mulianya hari ini, di negeri ini, dan di bulan ini. Dan sesungguhnya kalian akan menghadap Tuhanmu sekalian dan Dia akan bertanya kepada kalian tentang amal perbuatkan kalian.” (HR. Bukhari dan Muslim).

  1. Bulan baik untuk berpuasa

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa Muharram menjadi momen yang baik untuk beramal sholeh dan beribadah, salah satunya berpuasa.

Menurut hadist yang diriwayatkan oleh Muslim, puasa Muharram merupakan sebaik-baiknya ibadah puasa setelah bulan Ramadan.

Selain itu, Ali bin Abi Thalib juga pernah menjelaskan suatu riwayat yang menyatakan bahwa: “Siapa pun yang melakukan puasa Muharram, maka Allah akan menerima tobat kaum tersebut.”

Setelah menyimak beberapa penjelasan di atas, mudah-mudahan kita menjadi lebih memaknai dan bersemangat memaksimalkan berbagai amalan di bulan Muharram, InsyaaAllah menjadi wasilah datangnya ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Cara Membalas Kebaikan Orang Lain Dalam Islam

Banyak diantara ekspresi ungkapan terima kasih yang bisa kita lakukan setelah mendapat kebaikan dari orang lain, namun tak banyak ada juga yang lupa atau bahkan tidak tahu berterima kasih, mereka inilah orang-orang yang termasuk kepada kufur nikmat.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah bersyukur kepada Allah, orang yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada manusia” (HR. Abu Dawud & Tirmidzi)

Bersyukur atau berterima kasih atas kebaikan orang lain dapat dilakukan dengan cara membalas kebaikan yang telah dia lakukan tersebut. Jika dia tidak bisa membalas, maka balaslah dengan mendoakan kebaikan kepada orang tersebut.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang mendapat kebaikan dari orang lain, hendaklah dia mengatakan jazakallah khairan. (Dengan begitu), dia telah maksimal dalam memuji orang tersebut” (HR. Tirmidzi).

Jika ada orang lain yang berbuat baik kepada kita, baik dengan harta, tenaga, atau bentuk kebaikan yang lain, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kita untuk membalas kebaikan orang tersebut.

Membalas kebaikan orang lain dapat dilakukan dengan beberapa bentuk.

Pertama, membalas dengan memberikan kebaikan sejenis yang telah dia terima. Sebagai contoh, ada seseorang yang menghadiahkan sebuah baju kepada kita. Kita bisa membalas kebaikan orang tersebut dengan menghadiahkan baju yang jenis dan jumlahnya sama (kurang lebih harganya sama).

Kedua, membalas dengan memberikan kebaikan yang lebih banyak dari kebaikan yang telah dia terima. Misal jika kita diberi satu baju maka balaslah dengan memberikan baju dengan jumlah yang lebih banyak

Ketiga, membalas dengan mendoakan orang yang telah memberikan kepadanya.

Manakah yang paling tepat dalam membalas kebaikan seseorang, perlu melihat kondisi orang yang telah memberikan hadiah atau berbuat baik tersebut. Karena terdapat sebagian orang yang memang lebih tepat dibalas dengan mendoakannya atas perbuatan kebaikan yang dilakukannya. Karena jika dibalas dengan memberikan sesuatu yang sejenis atau lebih mahal, boleh jadi orang tersebut justru akan merasa diremehkan atau dilecehkan, atau sejenisnya.

Jika kita tidak bisa membalas kebaikan yang telah diberikan orang lain kepadanya dengan kebaikan yang sejenis atau kebaikan yang lebih banyak, maka doakanlah dirinya dengan berulang-ulang sampai yakin bahwa kita telah membalas dengan balasan yang setimpal. Di antara doa tersebut adalah ucapan “jazakallah khairan”. Dengan mengucapkan “jazakallah khairan” kepada orang yang berbuat baik kepada kita, maka kita telah berusaha maksimal dalam memuji orang tersebut. Karena jika Allah Ta’ala membalas kebaikannya atas ucapan (doa) kita tersebut, maka dia akan menjadi orang yang bahagia di dunia dan di akhirat.

Demikianlah penejalasan cara membalas kebaikan sesuai ajaran Islam, mudah-mudahan kita selalu Allah mudahkan dalam setiap mengamlkan ilmu yang telah diajarkan dan menjadi wasilah datangnya keberkahan.