Pengenalan Agama Islam: Memahami Esensi Agama yang Berkembang Pesat

Islam diturunkan di Jazirah Arab telah membawa bangsa Arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak dikenal dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang maju dan berperadaban. Islam sangat cepat bergerak bahkan mengembangkan dunia dan membina suatu kebudayaan dan peradaban yang sangat penting dalam sejarah peradaban manusia bahkan hingga sekarang.

Sejarah Perkembangan Agama Islam
Sejarah peradaban Islam mengacu pada perkembangan dan pengaruh agama Islam dalam membentuk peradaban yang luas dan beragam di seluruh dunia, terutama setelah munculnya Nabi Muhammad SAW pada abad ke-7 Masehi. Berikut adalah beberapa periode penting dalam sejarah peradaban Islam:

 

Periode Awal (610-750 M)

Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertamanya pada tahun 610 M di Mekkah. Beliau menyebarkan ajaran Islam dan mendirikan masyarakat Muslim di kota Madinah setelah hijrah pada tahun 622 M. Setelah wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 632 M, kepemimpinan umat Islam diserahkan kepada para Khalifah Rashidun (Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib). Di bawah pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, wilayah kekuasaan Islam berkembang pesat, termasuk penaklukan Palestina, Mesir, Suriah, dan Persia.


Periode Pertengahan (750-1500M)

Pada abad ke-8, khalifah-khalifah dari dinasti Abbasiah berkuasa di Baghdad, mencapai masa keemasan peradaban Islam.

Periode ini ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. Banyak universitas, perpustakaan, dan pusat pembelajaran didirikan, seperti House of Wisdom di Baghdad. Kekhalifahan juga berperan sebagai pusat perdagangan dan kegiatan intelektual, menghubungkan Timur dan Barat melalui jalur-jalur perdagangan seperti Jalur Sutra. Di Spanyol, berdiri Kekhalifahan Cordoba yang makmur dengan puncaknya pada abad ke-10 di bawah pemerintahan Abd-ar-Rahman III. Peningkatan Kemajuan Ilmiah dan Pendidikan (750-1500 M)


Periode Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Periode ini melihat perkembangan pesat dalam ilmu pengetahuan, khususnya matematika, astronomi, kedokteran, kimia, dan filsafat, berkat sumbangan para ilmuwan Muslim seperti Al-Khwarizmi, Ibn Sina (Avicenna), dan Ibn Rushd (Averroes). Universitas seperti Universitas Al-Qarawiyyin di Fes, Maroko (didirikan pada 859 M) dan Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir (didirikan pada 970 M) adalah beberapa universitas tertua di dunia yang masih beroperasi hingga saat ini. Peningkatan Perdagangan dan Kegiatan Sosial (900-1500 M)

 

Perdagangan yang berkembang pesat antara Timur dan Barat, serta dengan Cina dan India, mengarah pada perkembangan kota-kota pelabuhan yang makmur seperti Baghdad, Kairo, dan Istanbul. Pada periode ini, seni dan arsitektur Islam berkembang dengan gaya dan karakteristik khasnya, seperti seni kaligrafi, keramik, dan arsitektur masjid yang megah.

Penemuan Baru dan Runtuhnya Kekhalifahan (1500-1900 M)

Pada akhir abad ke-15, bangsa-bangsa Eropa melakukan penjelajahan dan penemuan baru, dan mulai berkompetisi dengan dunia Islam dalam perdagangan dan pengaruh politik. Pada awal abad ke-20, banyak negara-negara Muslim mengalami kolonialisasi oleh kekuatan Eropa, yang mengakibatkan runtuhnya banyak kekhalifahan dan kesultanan.

Abad ke-20 dan Kontemporer

 

Setelah berakhirnya periode kolonialisme, banyak negara-negara Muslim mencapai kemerdekaan dan menghadapi tantangan dalam pembangunan dan modernisasi. Peradaban Islam terus berlanjut dengan pengaruh budaya, seni, sastra, dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Muslim di seluruh dunia. Peradaban Islam telah meninggalkan warisan yang luar biasa dalam berbagai bidang seperti ilmu pengetahuan, seni, arsitektur, filsafat, dan hukum. Meskipun menghadapi berbagai perubahan dan tantangan sepanjang sejarahnya, nilai-nilai dan ajaran Islam tetap menjadi fondasi bagi kehidupan dan identitas umat Muslim.

 

Penyebab Pesatnya Perkembangan Islam


Agama Islam berkembang dengan pesat karena berbagai faktor yang mempengaruhinya. Beberapa faktor yang menjadi penyebab pesatnya perkembangan agama Islam antara lain:

 

Risalah Nabi Muhammad SAW
Islam merupakan agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, yang dianggap sebagai Nabi dan Rasul terakhir oleh umat Muslim. Ajaran-ajaran beliau yang disampaikan dalam Al-Quran dan Hadis menjadi pedoman hidup bagi umat Islam dan membangun fondasi agama yang kuat.

 

Kesederhanaan dan Kemudahan Ajaran
Ajaran Islam mengutamakan kesederhanaan dan kemudahan dalam beribadah. Islam tidak membebani umatnya dengan banyak ritus dan ritual yang rumit sehingga lebih mudah diakses dan dipraktikkan oleh berbagai kalangan masyarakat.

 

Pengenalan Melalui Perdagangan
Pada awal penyebarannya, Islam banyak dikenal melalui hubungan perdagangan yang kuat antara kota-kota di Jazirah Arab dengan kawasan-kawasan perdagangan lainnya. Para pedagang Muslim membawa ajaran Islam dan menyebarkannya ke berbagai daerah.

 

Kepemimpinan Para Khalifah
Para Khalifah sebagai pemimpin Muslim pada masa awal Islam berhasil memperluas wilayah kekuasaan Islam dengan adil dan bijaksana. Penaklukan wilayah baru membawa ajaran Islam ke berbagai daerah, dan keadilan dalam pemerintahan menarik minat masyarakat untuk mengenal dan mengikuti agama Islam.

 

Pendekatan Dakwah yang Bijaksana
Para ulama dan da’i Muslim dalam menyebarkan ajaran Islam seringkali menggunakan pendekatan dakwah yang bijaksana dan ramah, sehingga dapat memenangkan hati orang-orang dari berbagai latar belakang dan keyakinan.

 

Kebijakan Toleransi
Dalam banyak kasus, Islam memberikan kebebasan beragama bagi non-Muslim di wilayah-wilayah kekuasaannya, sehingga memperoleh dukungan dan simpati dari penduduk setempat.

 

Secara keseluruhan, kombinasi dari faktor-faktor di atas telah memungkinkan agama Islam untuk berkembang dengan pesat dan menyebar ke berbagai belahan dunia. Meskipun perkembangan agama selalu dipengaruhi oleh situasi dan konteks sosial tertentu, esensi ajaran Islam dan kepercayaan umatnya tetap menjadi pendorong utama dalam pertumbuhannya.

Cara Menjadi Anak Sholeh Dalam Islam

Anak sholeh adalah anak muslim yang menjalan kewajiban agama dan menjauhi dosa besar. Di dalam Al Quran, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebut anak dengan sebutan penyenang hati, terlebih anak yang taat menjalankan perintah Sang Maha Penyayang, patut disyukuri memiliki anak adalah karunia terbesar yang dianugerahkan Allah SWT kepada orangtua.

Salah satu amalan yang tidak putus meski seseorang telah meninggal adalah doa dari anak sholeh. Dalam sebuah hadis dari sahabat Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda “Apabila manusia mati maka amalnya terputus kecuali karena tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakan orang tuanya.” (HR. Muslim).

Melihat dari keutamaan yang luar biasa menjadi anak yang sholeh, mari kita simak bagaimana caranya agar kita termasuk anak sholeh yang sesuai dalam Islam, diantaranya :

  1. Belajar mendalami ilmu agama Pengetahuan akan wawasan Islam akan membuat iman yang ada di dalam hati kita lebih terkondisi menjadi pondasi kuat ketauhidan dalam berakidah, mempelajari ilmu tentang akidah, iman hadits, Al Quran, dan wawasan lainnya sangat berguna untuk bekal menjalani kehidupan sehari-hari.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia menguasai ilmu,” (HR Ahmad).

  1. Menjaga sholat lima waktu Tidak sekalipun meninggalkan sholat wajib dan menambahkan sholat sunnah, akan membentuknya menjadi anak yang sholeh. Saat orang tua melihat ini sebagai kebiasaan, tentu ini menjadi hal yang membanggakan.

Selain itu, bagi anak laki-laki juga dibiasakan berjamaah di masjid dan anak perempuan sholat di rumah tepat pada waktunya. Ini akan menjadi ciri-ciri anak sholeh yang jelas terlihat.

Dalam surat Al-Ankabut ayat 45 Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman “Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (sholat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

  1. Belajar mencintai Masjid

Masjid adalah rumah Allah Subhanahu Wa Taa’la. Bentuk rasa suka terhadap masjid tersebut bisa dalam bentuk menjaga kebersihannya, tidak membuat keributan di dalamnya, serta tidak bercanda atau tertawa ketika salat.

Ini adalah bentuk cinta kepada Allah SWT dengan menghargai rumah-Nya. Selain itu, menghidupkan masjid dengan mengikut beragam kegiatan di dalamnya.

Dalam Al Quran surat At-Taubah ayat 18 Allah berfirman, “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menuaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Ditambah hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Jika kalian melihat seseorang yang konsisten dengan masjid, maka bersaksilah kepadanya dengan keimanan.” (HR. Ahmad).

  1. Berbakti kepada orangtua

Ini bisa dilakukan dengan mematuhi perintahnya, tidak menyakiti hati mereka, selalu berbuat baik kepada mereka, berusaha menyenangkan hati orangtua dan tidak menyusahkan keduanya.

Bakti lain yang bisa dilakukan adalah saling mengingatkan kepada kebaikan, sering mengajak untuk mengikuti majelis ilmu, dan mendengarkan apapun yang diucapkan oleh orangtua.

Dalam Al Quran surat Al-Isra ayat 24 Allah berfirman, “Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang baik dan rendahkan dirimu dengann penuh kasih sayang. Dan katakanlah, “Wahai Rabb-ku sayangi keduanya sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil”.

  1. Menyayangi keluarga

Menyayangi saudara, adik-kakak, kakek-nenek, paman-bibi, tetangga dan seluruh kaum muslimin di seluruh dunia dapat menjadi bagian dari ciri-ciri anak sholeh.

Sebab, saling mencintai antara umat muslim adalah bentuk rasa syukur karena telah diberikan banyak kawan untuk sama-sama menjalankan perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Perumpamaan sesama kaum mukminin dalam menjaga hubungan kasih sayang dan kebersamaan seperti satu tubuh, jika satu anggota merasakan sakit, maka akan membuat seluruh tubuhnya terjaga dan merasakan demam.” (HR Muslim).

  1. Cinta terhadap orang yang kekurangan

Mengenal para fakir miskin, anak terlantar, anak yatim, dan orang yang kekurangan akan memupuk rasa empati dan simpati. Caranya dengan memberikan bantuan sesuai dengan keperluan, serta tidak mencemooh atau mengolok-olok mereka sebab mereka adalah juga hamba Allah Subhanahu Wa Taa’ala.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik terhadap keluarganya.” (HR. Tirmidzi)

Demikian beberapa cara menjadi anak yang sholeh dalam Islam, semoga kita bisa mengamalkan dan bisa menjadi teladan bagi ana-anak kita agar istiqomah selalu berada di jalan yang mendatangkan ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

7 Keutamaan Bulan Muharram, Penuh Kebaikan dan Ampunan

Muharram sering dikenal dengan tahun baru Islam yang dimana karena berada pada bulan pertama dari tahun Hijriah. Muharram menjadi salah satu bulan yang istimewa dan dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala termasuk ke dalam Bulan Haram.

Dalam memaksimalkan berbagai amalan di bulan mulia ini, ada beberapa keutamaan bulan Muharram yang perlu #OrangBaik ketahui, berikut 7 amalan Bulan Muharram diantaranya :

  1. Bulan yang suci

Muharram termasuk salah satu bulan suci dalam Islam. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah yang menyebutkan empat bulan suci dalam Islam yaitu, QS At Taubah ayat 36 “Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.” (QS. At Taubah: 36)

Selain itu, pada zaman Nabi kaum muslimin dilarang untuk berperang karena sucinya keempat bulan tersebut. Sebagaimana dalam sebuah hadis dari Abu Bakrah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya, zaman berputar sebagaimana ketika Allah menciptakan langit dan Bumi. Satu tahun ada 12 belas bulan. Di antaranya empat bulan haram (suci), tiga bulan berurutan, yakni Zulkaidah, Zulhijjah, dan Muharram, kemudian bulan Rajab suku Mudhar, antara Jumadil Tsani (Jumadil Akhir) dan Syaban.” (HR. Bukhari dan Muslim).

  1. Bulan Allah

Muharram juga disebut dengan syahrullah al Asham yang berarti bulan Allah yang sunyi. Keistimewaan ini diriwayatkan dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah RA, ia menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baiknya puasa setelah Ramadan adalah pada bulan Allah yaitu, Muharram.” (HR. Muslim).

  1. Bulan yang dimuliakan

Salah satu hari di bulan Muharram yang sangat dimuliakan oleh kaum muslimin, yaitu hari Asyura. Islam melakukan penghormatan berupa puasa sunnah pada hari itu atas kemenangan yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Musa.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda “Ketika Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa di hari Asyura. Beliau bertanya, ‘Hari apa ini?’ Mereka menjawab, ‘Hari yang baik, hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, sehingga Musa pun berpuasa pada hari ini sebagai bentuk syukur kepada Allah. Akhirnya, Nabi Muhammad SAW. bersabda, ‘Kami (kaum muslimin) lebih layak menghormati Musa daripada kalian.’ Kemudian, Nabi Muhammad SAW berpuasa dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa.” (HR. Muslim).

  1. Bulan untuk merencanakan hal baik

Rasulullah SAW pertama kali hijrah ke Madinah di bulan Muharram sehingga bulan ini dijadikan sebagai awal penanggalan tahun Hijriyah dalam Islam.

Muharram dapat menjadi momentum yang tepat bagi umat Islam dalam merencanakan, mematangkan, dan melakukan hal yang terbaik selama setahun mendatang.

  1. Bulan kehormatan

Bulan Muharram termasuk bulan yang dihormati oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala hingga dilarang untuk berperang dalam bulan tersebut, firman Allah dalam Al Quran Surat At-Taubah ayat 36 “Janganlah kamu menganiaya diri kamu pada bulan yang empat itu. Perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

  1. Bulan penuh pahala

Amalan yang baik yang dilakukan selama bulan Muharram akan dilipatgandakan sehingga umat Islam dianjurkan untuk memanfaatkan momen tersebut untuk melakukan amalan dan kebaikan.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda “Maka sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan kalian semua haram (mulia) atas kalian seperti mulianya hari ini, di negeri ini, dan di bulan ini. Dan sesungguhnya kalian akan menghadap Tuhanmu sekalian dan Dia akan bertanya kepada kalian tentang amal perbuatkan kalian.” (HR. Bukhari dan Muslim).

  1. Bulan baik untuk berpuasa

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa Muharram menjadi momen yang baik untuk beramal sholeh dan beribadah, salah satunya berpuasa.

Menurut hadist yang diriwayatkan oleh Muslim, puasa Muharram merupakan sebaik-baiknya ibadah puasa setelah bulan Ramadan.

Selain itu, Ali bin Abi Thalib juga pernah menjelaskan suatu riwayat yang menyatakan bahwa: “Siapa pun yang melakukan puasa Muharram, maka Allah akan menerima tobat kaum tersebut.”

Setelah menyimak beberapa penjelasan di atas, mudah-mudahan kita menjadi lebih memaknai dan bersemangat memaksimalkan berbagai amalan di bulan Muharram, InsyaaAllah menjadi wasilah datangnya ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Cara Membalas Kebaikan Orang Lain Dalam Islam

Banyak diantara ekspresi ungkapan terima kasih yang bisa kita lakukan setelah mendapat kebaikan dari orang lain, namun tak banyak ada juga yang lupa atau bahkan tidak tahu berterima kasih, mereka inilah orang-orang yang termasuk kepada kufur nikmat.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah bersyukur kepada Allah, orang yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada manusia” (HR. Abu Dawud & Tirmidzi)

Bersyukur atau berterima kasih atas kebaikan orang lain dapat dilakukan dengan cara membalas kebaikan yang telah dia lakukan tersebut. Jika dia tidak bisa membalas, maka balaslah dengan mendoakan kebaikan kepada orang tersebut.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang mendapat kebaikan dari orang lain, hendaklah dia mengatakan jazakallah khairan. (Dengan begitu), dia telah maksimal dalam memuji orang tersebut” (HR. Tirmidzi).

Jika ada orang lain yang berbuat baik kepada kita, baik dengan harta, tenaga, atau bentuk kebaikan yang lain, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kita untuk membalas kebaikan orang tersebut.

Membalas kebaikan orang lain dapat dilakukan dengan beberapa bentuk.

Pertama, membalas dengan memberikan kebaikan sejenis yang telah dia terima. Sebagai contoh, ada seseorang yang menghadiahkan sebuah baju kepada kita. Kita bisa membalas kebaikan orang tersebut dengan menghadiahkan baju yang jenis dan jumlahnya sama (kurang lebih harganya sama).

Kedua, membalas dengan memberikan kebaikan yang lebih banyak dari kebaikan yang telah dia terima. Misal jika kita diberi satu baju maka balaslah dengan memberikan baju dengan jumlah yang lebih banyak

Ketiga, membalas dengan mendoakan orang yang telah memberikan kepadanya.

Manakah yang paling tepat dalam membalas kebaikan seseorang, perlu melihat kondisi orang yang telah memberikan hadiah atau berbuat baik tersebut. Karena terdapat sebagian orang yang memang lebih tepat dibalas dengan mendoakannya atas perbuatan kebaikan yang dilakukannya. Karena jika dibalas dengan memberikan sesuatu yang sejenis atau lebih mahal, boleh jadi orang tersebut justru akan merasa diremehkan atau dilecehkan, atau sejenisnya.

Jika kita tidak bisa membalas kebaikan yang telah diberikan orang lain kepadanya dengan kebaikan yang sejenis atau kebaikan yang lebih banyak, maka doakanlah dirinya dengan berulang-ulang sampai yakin bahwa kita telah membalas dengan balasan yang setimpal. Di antara doa tersebut adalah ucapan “jazakallah khairan”. Dengan mengucapkan “jazakallah khairan” kepada orang yang berbuat baik kepada kita, maka kita telah berusaha maksimal dalam memuji orang tersebut. Karena jika Allah Ta’ala membalas kebaikannya atas ucapan (doa) kita tersebut, maka dia akan menjadi orang yang bahagia di dunia dan di akhirat.

Demikianlah penejalasan cara membalas kebaikan sesuai ajaran Islam, mudah-mudahan kita selalu Allah mudahkan dalam setiap mengamlkan ilmu yang telah diajarkan dan menjadi wasilah datangnya keberkahan.


Yuk Mulai Sekarang Lakukan Sedekah Rutin Dan Rasakan Manfaatnya!

Sedekah selain amalan yang membawa kebahagiaan terhadap sesama juga mengundang cinta Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebagai umat Islam, ada banyak sekali keutamaan atau manfaat jika kita mengamalkan sedekah. Hal ini juga yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabat yang dalam hidupnya tidak pernah ragu serta khawatir kekurangan harta dengan melakukan sedekah.

Sedekah juga sangat baik dilakukan di waktu lapang maupun sempit. Namun, ternyata ada banyak manfaat yang akan kita rasakan ketika rajin bersedekah, apa saja manfaat mengamalkan sedekah secara rutin? Yuk kita simak penjelasannya.

  1. Mengundang datangnya rezeki

Dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 261, Allah melipat gandakan pahala orang yang berinfak dijalanNya, Allah berfirman : “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 261).

Wasilah bersedekah akan berbuah begitu banyak kebaikan yang datangnya tidak disangka-sangka oleh kita, bahkan balasannya melebihi ekspetasi yang ada dalam pikiran kita, karena kita bertransaksi dengan Allah bukan dengan makhluk yang pastinya tidak bisa dihitung menggunakan kalkulator manusia.

  1. Menolak Bala

Bala atau sering disebut juga sebagai musibah. Musibah itu datang dengan izin Allah, melalui perantara makhlukNya. sehingga Rasulullah bersabda, “Bersegeralah bersedekah, sebab bala bencana tidak dapat mendahului sedekah” (HR. Baihaqi). Oleh karena itu, seringkali disebutkan untuk bersegera dalam bersedekah. Sebab tidak ada yang tahu kapan akan tiba musibah.

Dalam hadits lain disebutkan, Rasulullah bersabda, “Sedekah dapat menolak 70 macam bencana dan yang paling ringan (di antara bencana itu) adalah wabah penyakit kusta dan lepra,” (HR. Thabrani).

Sedekah menolak bala ini tidak hanya berlaku bagi orang beriman bahkan untuk orang yang tidak beriman juga, maka dari itu hendaklah kita orang yang beriman senantiasa merutinkan sedekah InsyaaAllah kita akan ada dalam perlindungan-Nya.

  1. Menyembuhkan Penyakit

Sedekah juga dapat menyembuhkan penyakit, Rasulullah bersabda, “Bentengilah hartamu dengan zakat, obati orang-orang sakit dengan bersedekah, dan siapkan doa untuk menghadapi datangnya bencana” (HR. Thabrani). Bersedekah menandakan berserah diri, syukur, dan ingat kepada Allah. Dengan kasih sayang-Nya Allah akan angkat penyakit dari orang yang bersedekah.

Meskipun begitu, bukan berarti kita tidak perlu periksa penyakit ke dokter, tetap kita mesti berikhtiar untuk sembuh dengan cara beristirahat, minum obat, dan bersedekah. Kesembuhan yang kita dapatkan, sekali-kali bukan karena obat yang manjur, bukan juga dokter yang handal, melainkan karena kehendak Allah.

  1. Memanjangkan Umur

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya sedekah orang muslim dapat menambah (memperpanjang) umurnya, dapat menunda kematian yang su’ul khatimah, Allah akan menghilangkan sifat sombong, kefakiran dan sifat berbangga kepada diri sendiri.” (HR. Thabrani). Dengan bersedekah pun artinya kita telah menjaga silaturahmi dengan saudara-saudara kita. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang suka diluaskan rezekinya dan ditangguhkan kematiannya, hendaklah ia menyambung silaturahim” (HR. Bukhari). Melalui wasilah sedekah ini bukan hanya bermanfaat bagi kita seorang diri tetapi membawa kebahagiaan dan keakraban bagi keluarga yang mungkin hubungannya kurang dekat, InsyaaAllah dengan manfaat bersedekah bisa membuat umur kita semakin berkah.

5. Menghapus Dosa

Selain memberikan manfaat di dunia, sedekah juga memberikan manfaat di akhirat kelak. Sedekah dapat menghapus dosa-dosa kita yang telah lalu. Rasulullah bersabda, “Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air itu memadamkan api”. (HR. Tirmidzi).

Inilah 5 manfaat sedekah yang berguna untuk hidup kita di dunia maupun akhirat. Yuk #Orangbaik selalu semangat untuk bersedekah yang mendatangkan banyak manfaat untuk sesama, juga sangat besar pahalanya disisi Allah. Semoga setiap amal sholeh yang kita lakuka diterima oleh Allah, Aamiin.

Hukum Berkata Uff (Ah) pada Orang Tua Dalam Islam


Islam telah mengatur semua hal dalam kehidupan kita, mulai dari yang paling sederhana seperti cara berpakaian, hingga perkara yang berkaitan dengan warisan atau harta peninggalan. Begitu juga dengan akhlak anak kepada orang tua dan berbakti kepada orang tua

Dengan tegas, Allah SWT memerintahkan umatnya untuk berperilaku dan berkata santun kepada orang tua. Salah satu hal yang dilarang dalam Islam adalah larangan berkata Ah kepada orang tua. Apakah hal ini disebutkan dalam Al-Qur’an? Berikut penjelasan lengkapnya.

Larangan Berkata Ah Kepada Orang Tua

Hukum berkata Ah pada orang tua dalam Islam adalah dosa besar. Perkataan “ah” mengandung kekesalan, kemarahan, kejengkelan, ketidaksukaan, dan rasa enggan terhadap orang tua. Perkataan ini mampu melukai hati orang tua dan tentu Allah SWT tidak akan memberikan rida-nya.

Larangan ini telah dijelaskan dalam QS. Al-Isra’ [17] ayat 23 yang berbunyi:

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”

Dari ayat ini, kita tahu bahwa berkata “uff” atau “ah” kepada orang tua bukanlah perkataan terpuji. Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa kata “Uff” ini merupakan kalimat kejengkelan yang paling ringan. Seumpama ada kalimat dalam bahasa Arab yang lebih ringan daripada “uff”, maka Allah SWT akan sebutkan dalam Al Qur’an. 

Jadi, kalau kalimat kejengkelan yang paling ringan saja sudah dilarang oleh Allah SWT, apalagi sampai membentak atau kata-kata mengandung rasa kesal lainnya. Berbakti kepada orang tua adalah dengan menurunkan suara dan hanya menggunakan kalimat yang baik.

Mengapa Kita Dilarang Berkata Kasar ke Orang Tua

Tentu saja ada banyak alasan seorang anak harus berbakti kepada orang tua dan tidak sekalipun berkata kasar. 

  • Sejak bayi hingga kita dewasa, orang tua telah mencurahkan kasih sayangnya. Selain mendidik dan menyayangi kita, orang tua juga selalu mengupayakan yang terbaik untuk anak-anaknya. Karena itulah, sudah seharusnya pula anak-anak menghormati dan menyayangi orang tuanya.

 

  • Hukum berbakti kepada orang tua adalah wajib bagi semua muslim. Membahagiakan orang tua juga menjadi wujud ketaatan kita kepada Allah SWT. 

Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Kalian bisa sia-siakan pintu itu atau kalian bisa menjaganya.” (HR. Tirmidzi, no. 1900; Ibnu Majah, no. 3663)

Karena itulah, sebagai anak kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk berbakti dan membalas semua pengorbanan dan jasa yang dilakukan orang tua. 

 

  • Doa orang tua merupakan tiket kesuksesan dan keberhasilan seorang anak. Orang tua, khususnya Ibu, yang mendoakan anak-anak, doanya mustajab atau mudah dikabulkan.

“Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang yang dizalimi, doa orang yang bepergian (safar) dan doa baik orang tua kepada anaknya.” (HR. Ibnu Majah, no. 3862)

Bahkan, saat orang tua hatinya tersakiti dan mereka melontarkan kalimat keburukan, maka kalimat tersebut juga menjadi kalimat yang mustajab. Maka, tentu kita harus memperlakukan orang tua sebaik mungkin.

 

  • Membahagiakan orang tua juga akan memberikan diri kita sendiri kemudahan, keberkahan, dan umur panjang. “Siapa yang suka untuk dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, maka berbaktilah kepada kedua orang tuanya dan jalinlah hubungan dengan kerabatnya (silaturahim).” (HR. Ahmad, 3:229; 3:266)

 

Cara Menjadi Anak yang Berbakti Kepada Orang Tua Menurut Al Qur’an dan Hadist?

Berikut ini beberapa bentuk bakti kita kepada orang tua:

  • Menggunakan kata-kata yang lembut dan sopan. Menjauhi kalimat yang dapat menyakiti hati mereka, seperti larangan berkata Ah kepada orang tua tadi.
  • Bersikap tawadhu’ atau merendahkan diri di depan orang tua dan senantiasa mengasihi mereka.
  • Tidak menunjukkan ekspresi atau raut muka marah, jengkel, apalagi tajam kepada orang tua.
  • Tidak memotong atau mendahului perkataan mereka.
  • Menjawab panggilan orang tua dengan segera.
  • Tidak pelit dalam menafkahi orang tua karena orang tua adalah orang yang paling berhak dinafkahi setelah diri sendiri dan keluarga.
  • Senantiasa mendoakan kebaikan untuk mereka

Hukum berkata Ah pada orang tua dalam Islam adalah dosa besar. Rasulullah SAW mengatakan bahwa, “Allah SWT melaknat orang yang durhaka kepada orang tua, yang mencaci bapaknya dan mencaci ibunya.” (HR. Ibnu Abbas). Tentunya, kita pun pasti ingin membahagiakan orang tua seperti mereka selalu berusaha membahagiakan kita dari bayi hingga dewasa.

Cara Menghindari Sifat Hasad

Hasad merupakan sebuah sifat yang menggambarkan rasa iri hati. Seseorang yang memiliki sifat hasad tidak suka jika orang lain mendapatkan nikmat dari Allah SWT. Ia merasa bahwa hanya dirinya yang berhak untuk bahagia, untuk dianggap benar, bahkan mendapatkan pengakuan oleh orang lain. 

Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW sangat membenci sifat hasad dan memerintahkan kita untuk menerapkan cara menghindari sifat hasad. Bahkan, terdapat hadis Nabi Muhammad SAW yang betul-betul melarang sifat ini:

Dari Abu Hurairah Nabi Muhammad SAW. bersabda: “Jauhilah hasad (dengki), karena hasad dapat memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar.” (HR Abu Dawud).

Sifat hasad tidak hanya merugikan orang lain, tetapi diri sendiri. Orang yang dipenuhi rasa iri dan dengki hidupnya tidak akan tenang dan cenderung ingin merusak kehidupan orang lain.

Ciri-Ciri Sifat Hasad

Ada beberapa ciri sifat hasad yang kerap hadir pada diri manusia. Berhati-hati dan segeralah introspeksi diri apabila sifat-sifat ini ada pada diri Anda:

 

  • Tidak Suka dengan Kebahagiaan Orang Lain

Orang yang hatinya dipenuhi dengan rasa dengki tidak menyukai kebahagiaan orang lain. Ia merasa bahwa orang lain tidak layak mendapatkan kebahagiaan tersebut. Ia ingin kebahagiaan itu, apa pun bentuknya, hanya milik dirinya seorang.

  • Ingin Menjatuhkan Orang Lain 

Sifat hasad membuat kita begitu ingin menjatuhkan orang lain. Kita akan merasa senang melihat orang lain jatuh karena dengan begitu, ia tidak akan menjadi lebih baik daripada kita. Dalam taraf yang ekstrem, orang dengan rasa dengki tinggi akan melakukan segala cara, bahkan memfitnah dan menghasut agar orang yang dituju mendapatkan malapetaka.

  • Selalu Haus Akan Keinginan Duniawi

Orang yang diliputi oleh rasa dengki akan selalu haus akan keinginan yang bersifat duniawi. Ia bahkan terlalu serakah hingga apa yang dimiliki terasa tak pernah cukup. Uang, jabatan, ketenaran adalah tiga hal yang selalu ia kejar mati-matian.

Orang yang sudah terobsesi akan hal-hal duniawi tidak akan senang saat orang lain lebih baik darinya. Ia ingin semua keberuntungan di dunia menjadi miliknya. Ia bahkan bisa melakukan hal-hal yang di luar nalar serta tidak sesuai dengan aturan agama demi memuaskan nafsunya yang tak pernah habis.

  • Berprasangka Buruk

Orang yang diliputi oleh rasa dengki akan selalu menganggap bahwa orang lain tidak tulus kepadanya. Ia merasa takut bahwa kebaikan yang dilakukan oleh orang lain adalah kedok untuk menghancurkan dirinya. Ia juga akan selalu menganggap bahwa kesuksesan orang lain berasal dari hal-hal yang buruk.

  • Merasa Resah

Orang yang hatinya dipenuhi rasa dengki akan selalu merasa resah. Ia ketakutan akan masa depan dan tidak pernah merasa tenang. Ia bahkan tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki. Kondisi ini membuat seseorang menjadi kufur akan nikmat dari Allah SWT. Karena selalu resah, ibadahnya pun tidak khusyu’.

Cara Menghindari Sifat Hasad

Dengki atau hasad adalah sifat yang sangat merusak. Sifat ini bahkan dapat menjurus kepada kejahatan lain seperti fitnah, korupsi, bahkan pembunuhan.

Hasad adalah penyakit hati yang harus segera diobati. Maka dari itu, berikut cara menghilangkan hasad dari diri sendiri yang benar.

  • Lebih Mengenal Diri Sendiri

Kita harus menemukan cara lebih mengenal diri sendiri untuk bisa menghindar dari sifat hasad. Kenali kelebihan dan kekurangan diri kemudian asah kelebihan dan belajar untuk memperbaiki kekurangan.

Selain itu, pahami juga bahwa manusia lain juga memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri, sehingga kita tidak perlu merasa iri.

  • Memaafkan Diri Sendiri

Beberapa orang merasa iri sebetulnya karena diri mereka sendiri. Mereka merasa kecewa dengan diri sendiri, merasa bahwa tidak mampu sebaik orang lain, dan tidak bisa meraih cita-cita yang diinginkan. 

Terkadang, yang perlu kita lakukan adalah menengok ke dalam diri kita sendiri lalu menghargainya. Kemudian, meminta maaf karena telah zalim terhadap diri sendiri.

 

Bagaimana cara memaafkan diri sendiri? Belajarlah menerima diri sendiri dan berbahagialah dengan kondisi kita. Dengan begitu, kita tak akan merasa iri dengan yang dimiliki oleh orang lain.

  • Menghindari Pemicunya

Pada era media sosial seperti sekarang, sulit untuk tidak terpapar oleh kehidupan orang lain. Bahkan, banyak orang yang memamerkan terang-terangan apa yang mereka miliki.

Kita tidak dapat mengontrol apa yang dilakukan orang lain, tetapi kita dapat mengontrol apa yang kita lakukan dan kita rasakan. Hindari pemicu rasa iri. Bila timbul rasa kesal karena unggahan atau cerita orang lain, segera tutup media sosial, hindari orang-orang yang membuat kita kesal, dan jangan menenggelamkan diri pada kedengkian yang berlebihan. 

Jika rasa iri tumbuh di hati, ambil air wudu dan berdoa kepada Allah untuk meminta rasa cukup dan syukur.

Pada dasarnya, manusia diciptakan dengan akal untuk mengontrol nafsu dan sifat-sifat buruk yang tumbuh karena hal itu. Maka dari itu, kita harus selalu berikhtiar untuk memperbaiki diri, mencari cara menghindari sifat hasad dan sifat buruk lain, serta tidak perlu meragukan rezeki dan nikmat dari Allah SWT.