Maulid Nabi Muhammad SAW: Makna, Sejarah, dan Tradisi

Maulid Nabi Muhammad SAW sering disebut dengan Maulid Nabi atau Maulud saja (Arab: مولد النبي‎, Mawlid an-Nabī), adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW biasanya diperingati oleh umat muslim di Indonesia pada tanggal 12 Rabiul Awal pada penanggalan Hijriyah. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad.

Makna dari Maulid Nabi Muhammad SAW

Menurut buku ’37 Masalah Populer: Untuk Ukhuwah Islamiyah’ karya H Abdul Somad, makna peringatan Maulid Nabi adalah mengingatkan manusia tentang risalah dan sirah dari Nabi Muhammad SAW. Dengan begitu, umat Islam akan memahami bahwa satu-satunya tauladan adalah Nabi Muhammad SAW.

Adapun makna lain yang bisa kita ambil dalam Maulid Nabi Muhammad, penjelasan selengkapnya ada dibawa ini.

1. Ungkapan Kecintaan Kepada Nabi Muhammad SAW

Perayaan maulid tidak hanya menjadi perayaan seremonial, ajang gengsi dan ajang perbaikan gizi ‘makan-makan’ saja. Akan tetapi, perayaan maulid menjadi momentum untuk membangkitkan kembali semangat dan kecintaan kita kepada Rasullullah SAW. Ini menjadi ajang meningkatkan ‘gizi’ spiritual kita, menelaah sirah Rasullah SAW, kemudian mengikuti semua syariat yang dibawanya, menjadikan Rasulullah idola dan teladan dalam kehidupan kita, sehingga nutrisi “menjalankan sunnahnya” terpenuhi.

Terkadang selama ini kita terus berjalan, tanpa mau mengikuti amalan-amalan dan perkataan-perkataan Rasulullah. Dengan adanya momen semacam ini, satu hikmah paling besar, kita jadikan muhasabah cinta kita kepada Rasulullah SAW dengan meneladani dan menjalankan sunahnya.

2. Merajut Persaudaraan, Merawat Kebersamaan

Hakikat perayaan Maulid Nabi Muhammad itu merupakan bentuk pengungkapan rasa senang dan syukur atas diutusnya Nabi SAW ke dunia ini yang diwujudkan dengan cara mengumpulkan orang banyak, lalu diisi dengan pengajian keimanan dan keislaman, mengkaji sejarah dan akhlaq beliau untuk diteladani, kemudian di akhir acara dilanjutkan dengan makan-makan bersama sebagai ajang mempererat tali persaudaraan.

Berbahagia dan bergembira dengan adanya Nabi Muhammad SAW merupakan ibadah, tapi cara pengungkapan kebahagiaan itu hanya merupakan washilah (sarana) yang diperbolehkan untuk dilakukan. Setiap orang dapat memilih cara yang paling sesuai dengan dirinya untuk mengungkapkan hal tersebut.

3. Mensyiarkan Akhlaq Nabi Sebagai Teladan

Mungkin masih banyak sebagian dari kita yang belum banyak mengenal Nabi Muhammad SAW secara mendalam, dimana sangat banyak tuntunan dan akhlaq beliau yang bisa kita ambil untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai bagaimana teladan Nabi terhadap dirinya sendiri, keluarga, teman, hingga masyrakat luas yang ketika ikut teladani akan mendapatkan pahala dan mengundang syafaat Nabi di akhirat kelak.

Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW

Peringatan Maulid Nabi pertama kali dilakukan oleh Raja Irbil (wilayah Irak sekarang), bernama Muzhaffaruddin Al-Kaukabri, pada awal abad ke 7 Hijriyah. Ibn Katsir dalam kitab Tarikh berkata, “Sultan Muzhaffar mengadakan peringatan Maulid Nabi pada bulan Rabi’ul Awal. Dia merayakannya secara besar-besaran. Dia adalah seorang yang berani, pahlawan, alim dan seorang yang adil, semoga Allah merahmatinya.”.

Dijelaskan oleh Sibth (cucu) Ibn Al-Jauzi bahwa dalam peringatan tersebut, Sultan Al-Muzhaffar mengundang seluruh rakyatnya dan seluruh ulama dari berbagai disiplin ilmu, baik ulama dalam bidang ilmu Fiqh, ulama Hadits, ulama dalam bidang ilmu kalam, ulama usul, para ahli tasawuf, dan lainnya.

Sejak tiga hari, sebelum hari pelaksanaan Maulid Nabi, dia telah melakukan berbagai persiapan. Ribuan kambing dan unta disembelih untuk hidangan para hadirin yang akan hadir dalam perayaan Maulid Nabi tersebut. Segenap para ulama saat itu membenarkan dan menyetujui apa yang dilakukan oleh Sultan Al-Muzhaffar tersebut. Mereka semua berpandangan dan menganggap baik perayaan Maulid Nabi yang digelar untuk pertama kalinya itu.

Sementara itu, di Indonesia sendiri sejarah Maulid Nabi Muhammad berkembang di tangan Wali Songo atau sekitar tahun 1404 masehi. Perayaan tersebut dilakukan demi menarik hati masyarakat memeluk agama Islam.

Maka dari itu, Maulid Nabi juga dikenal dengan nama perayaan Syahadatin. Selain itu, perayaan ini juga dikenal dengan Gerebeg Mulud karena cara masyarakat merayakan Maulid Nabi dengan menggelar upacara nasi gunungan.

Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW

Di Indonesia ada berbagai macam tradisi dalam perayaan memperingati Maulid Nabi, kali ini ada 7 tradisi Maulid Nabi dari beberapa daerah, sebagai berikut:

1. Perayaan Meuripee, Banda Aceh

Di Banda Aceh, masyarakat Desa Lamglumpang memperingati Maulid Nabi dengan cara memasak bersama-sama. Menu wajib yang disajikan adalah daging sapi dengan kuah semacam kari. Kenapa disebut meuripee? Karena masyarakat di sana membeli sapi maupun keperluan dengan cara patungan atau meuripee.

2. Maulid Nabi di Sumatra Barat

Peringatan Maulid Nabi di Sumatra Barat dirayakan dengan cara setiap keluarga membuat pohon hias dengan uang kertas yang disebut Bungo Lado sebagai daunnya. Pohon hias ini kemudian disumbangkan ke panti asuhan.

3. Kirab Ampyang Maulid Nabi di Kudus

Kirab Ampyang di Kudus diperingati tiap 12 Rabiul Awal. Kegiatan ini dilakukan dengan berbagi gunungan yang berisi nasi serta lauk pauk dan dibungkus daun jati.

4. Grebek Maulid di Kesultanan Yogyakarta

Perayaan Maulid Nabi yang diselenggarakan oleh Keraton Yogyakatya ini selalu ramai dipadati masyarakat. Keraton akan mengeluarkan gunungan di halaman Masjid Besar Kauman, Yogyakarta dan warga akan berusaha mengambilnya.

5. Festival Endhog-endhogan di Banyuwangi

Tradisi endhog-endhogan di Banyuwangi mempunyai filosofi tentang kepedulian bersama melalui berbagi. Peringatannya dilakukan dengan mengarak ratusan telur yang ditancapkan pada jodang pohon pisang dan ancak (wadah yang isinya nasi dan lauk-pauk).

Tradisi ini dilakukan oleh hampir tiap kampung maupun desa di Banyuwangi. Setelah diarak, jodang dan ancak dibawa ke masjid untuk dibacakan selawat dan doa. Acara kemudian dilanjutkan dengan pembagian telur dan makan bersama.

6. Maulid Nabi di Lombok

Di Lombok, masyarakat akan membaca selawat nabi dan syair al-Barzanji. Di samping itu, akan diadakan berbagai lomba dan arak-arakan mengelilingi kampung.

7. Maulid Nabi di Madura

Masyarakat Madura merayakan Maulid Nabi dengan membaca selawat selama sebulan penuh. Sebagai puncak, ibu-ibu akan membagi makanan untuk jamaah.

Dari penjelasan diatas, semoga kita bisa mengambil hikmah dan ilmu yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, juga menambah cinta kita terhadap Nabi Muhammad SAW agar senantiasa rajin bersholawat dan menteladani berbagai tuntunan yang beliau ajarkan, aamiin.

Leave a Comment