Setiap orang pastinya punya target hidup yang ingin digapai, baik dalam hal duniawi maupun hal yang membawa kebaikan di hari nanti, salah satunya seperti menjadi penghafal Quran dimana kebaikan ini akan membahagiakan untuk diri sendiri saja bahkan sebagai wujud bakti seorang anak yang memberikan mahkota kepada orang tuanya di akhirat kelak, pastinya kita semua menginginkan pencapaian tersebut.
Oleh karena mari kita simak beberapa kisah inspirasi di bawah ini, bagaimana mengukir hafalan abadi menjadi penghafal quran di era saat ini yang InsyaaAllah bisa kita petik hikmah agar bisa dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari.
Kisah Hafizh yang Awalnya Malas dan Menolak Menghafal Quran
Mukhlis Ridho Firdaus, 17 tahun, merupakan santri penghafal Quran asal Garut, Jawa Barat, yang berjuang menuntut ilmu untuk menjadi seorang sastrawan. Mukhlis, sapaannya, adalah tiga bersaudara dari orang tuanya yang bekerja sebagai petani di Garut.
Awal perjalanannya menghafal Quran bukan berasal darinya, melainkan dari kedua orang tuanya. Bahkan, awalnya ia menolak keinginan orang tuanya yang memintanya menjadi penghafal Quran. Namun, hal itu berubah kala Mukhlis memasuki Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an Takhassus Brebes. Di tengah lingkungan dan teman-teman penghafal Quran, ia justru termotivasi untuk hafal Quran 30 juz.
Meski demikian, ia akui kadang bertemu dengan rasa malas. Akan tetapi, rasa malas itu selalu kalah oleh motivasinya saat ini, yaitu orang tua. Ya, orang tua adalah alasan utama ia berusaha keras menajdi hafizh Qur’an. Dengan dukungan orang-orang terdekatnya, kini Mukhlis sudah mengkhatamkan hafalan 30 juznya dalam waktu satu setengah tahun. Mukhlis pun tak menyangka bahwa dirinya mampu menyelesaikan hafalan Alqur’an di pesantren.
Qadarullah, justru Mukhlis merupakan santri yang pertama khatam dan menjadi motivasi untuk santri lainnya. Kini Ia masih terus murajaah hafalannya agar selalu terjaga dan memperlancarnya.
Kisah Haru Ahmad, Ingin Bahagiakan Orang Tua di Surga Dengan Hafalan Quran
Kisah Muhammad Ghozali Akbar, berusia 9 tahun, bocah asal Kota Tegal, Jawa Tengah ini membuat terharu sekaligus memotivasi. Dia telah mencintai ayat-ayat suci Al-Quran sejak kecil, ia bahkan dapat menghafal 30 juz Quran dan 200 hadist. Bocah yang akrab disapa Ahmad itu memang termotivasi untuk menjadi Hafizul Quran setelah sang ayah meninggal dunia. Dengan menjadi penghafal Alquran, dia hanya ingin membahagiakan kedua orang tuanya dengan memakaikan mahkota di Surga kelak.
Alasan Ahmad sendiri untuk menjadi penghafal Quran memang sangat mulia, keinginannya hanya untuk membahagiakan kedua orang tuanya di surga kelak. Menurut sang ibu, Sri Ayu, jika Ahmad memiliki keinginan sendiri untuk masuk pesantren sejak dini. Semua itu bermula ketika sang ayahnya meninggal dunia pada tahun 2014. Ketika itu, ayahnya wafat secara mendadak. Namun Ahmad tak ingin merepotkan sang ibu, Ahmad lebih memilih masuk pesantren, disaat usianya masih 5 tahun.
Pendiri Pondok Pesantren De Muttaqin, Ike Muttaqin, bercerita Ahmad masuk ponpesnya pada 2016 menjadi satu-satunya santri yang tidak menangis saat pertama kali masuk. Ketika mendaftar di pesantren itu, Ahmad sudah menguasai Quran sebanyak 9 juz, tapi yang benar-benar lancar hanya 1 juz.
Kisah Penghafal Quran Cilik Anak Tukang Tarik Kabel Wifi di Gorontalo
Namanya, Siti Faradila Ali, sekolah di SDN 4 Paguyaman masuk kelas lima. Penghafal Quran cilik yang punya cita-cita sederhana. Dirinya ingin masuk Pesantren Al-Islam Gorontalo setelah lulus sekolah dasar. Karena katanya, pesantren tersebut akan menggratiskan biaya sekolah jika bisa menghafal Quran. Berikut kisah Siti, penghafal Al Quran 23 juz, anak tukang tarik kabel wifi.
Siti jadi penghafal Quran dari kelas satu SD sampai sekarang sudah menginjak 23 juz, dirinya mengaku jika yang menjadi motivasi menghafal Quran bermula saat nonton hafizh Quran di salah satu TV swasta nasional. Siti bercerita, sejak kelas satu sekolah dasar, ia mulai menghafal Quran. Namun sebelumnya, sejak usia dini, ia sudah dikenalkan dengan Quran oleh kedua orangtuanya. Sebelum masuk pesantren Siti belajar membaca dan menghafal Al-Qur’an hanya di rumah saja.
Kisah Siti terbilang unik sebagai penghafal Quran, karena kesehariannya bersekolah formal, bukan di rumah tahfiz. Lantas bagaimana keseharian Siti dalam menghafal Al-Qur’an? Siti menjawab dengan detail bahwa setiap pagi setelah salat subuh, dia menghafal Al-Qur’an. Kegigihannya dalam menghafal Quran Alhamdulillah membuahkan hasil.
Begitulah beberapa kisah inspiratif dari para penghafal Quran cilik yang mudah-mudahan bisa kita ambil hikmahnya, juga sebagai inspirasi untuk lebih semangat mengejar cita-cita menjadi penghafal Quran. Siapapun bisa menggapai ini tidak ada yang tidak mungkin di sisi Allah, Barakallah fiikum.